Istilah skizofrenia berasal dari kata schizos : pecah belah dan phren:
jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana
penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmoni
antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan, Kraepelin seorang ahli
kedokteran jiwa dari kota Munich memaparkan skizofrenia sebagai bentuk
kemunduran intelegensi sebelum waktunya yang dinamakannya demensia
prekox (demensia : kemunduran intelegensi) prekox (muda, sebelum waktunya).
Ada banyak perkiraan sebagai penyebab terjadinya skizofrenia, baik
yang berasal dari badaniah (somatogenik) maupun psikologis (psikogenik).
Perkiraan penyebab skizofrenia yang berasal dari segi fisik yang
pertama adalah berasal dari faktor genetik atau faktor keturunan, hal
ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga penderita
skizofrenia. Potensi untuk mendapatkan skizofrenia tidak langsung
diturunkan melalui gen resesif, potensi ini mungkin kuat tapi mungkin
lemah sebab selanjutnya juga akan tergantung pada lingkungan individu
apakah akan menjadi skizofrenia atau tidak. Sama seperti penderita
diabetes mellitus walaupun ia adalah resesif diabetes namun jika ia
dapat menjaga pola hidup yang sehat maka ia tidak akan menderita
diabetes. Selanjutnya adalah kelainan susunan syaraf pusat, yang
terletak pada diensefalon atau kortex otak, kelainan tersebut mungkin
disebabkan oleh perubahan postmortem.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan mengenai teori psikogenik yang
pertama adalah teori Adolf Meyer, menurut meyer skizofrenia merupakan
suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, oleh karena itu timbul suatu
disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri
dari kenyataan (otisme). Kemudian teori Sigmund Freud, menurut Freud
dalam skizofrenia terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena
penyebab psikogenik maupun somatik, superego dikesampingkan sehingga
tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke
fase narsisisme.
Gejala-gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala primer dan
gejala sekunder, gejala primer diantaranya gangguan proses pikiran
(bentuk,langkah dan isi pikiran), gangguan afek dan emosi, gangguan
kemauan, banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan
kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan tidak dapat
mengambil tindakan dalam suatu keputusan. Dan yang terakhir adalah
gejala psikomotor juga dinamakan gejala katatonik atau gangguan
perbuatan. Kemudian gejala sekunder yang terdiri dari waham, waham yang
diderita penderita skizofrenik sering tida logis dan bizar. Tetapi
penderita tidak memahami hal tersebut dan menganggap bahwa wahamnya
merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Gejala sekunder
yang kedua adalah halusinasi, pada skizofrenia halusinasi timbul tanpa
ada penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir
tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering pada skizofrenia adalah
halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman, halausinasi citarasa atau
halusinasi taktil (singgungan).
Kraepelin membagi skizofrenia mejadi beberapa jenis:
1. Skizofrenia kompleks, gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
2. Jenis
bebefrenik, gejala yang menonjol adalah gangguan proses berfikir,
gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.
3. Jenis
katatonik, biasanya akut dan didahului oleh stress emosional, dapat
terjadi stupor katatonik (penderita tidak menampakkan sama sekali
ketertarikannya terhadap lingkungannya) dan gaduh gelisah katatonik (
terdapat hiperaktifitas motorik, tetapi tidak disertai emosi yang
semestinya dan tidak dipengaruhi rangsangan dari luar).
4. Jenis paranoid, gejala-gejala yang menyolok adalah waham primer disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi.
5. Episoda
skizofrenia akut, gejala skizofrenia muncul mendadak sekali dan pasien
seperti dalam keadaan mimpi. Dalam keadaan ini seakan-akan dunia luar
dan dirinya sendiri berkabut.
6. Skizofrenia residual gejala yang menyolok adalah gangguan afek dan emosi, gangguan pikiran dan kemauan.
7. Jenis skizo-afektif disamping gejala skizofrenia menonjol pada saat bersamaan juga gejala depresi atau gejala mania.
Jenis- jenis pengobatan pada skizofrenia:
1. Farmakologi,
pemberian neroleptika dosis rendah untuk skizofrenia menahun sedangkan
dosis yang lebih tinggi diberikan pada penderita dengan psikomotorik
yang meningkat.
2. Terapi elektro-konvulsi (TEK) terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita.
3. Terapi koma insulin, bila diberikan pada permulaan penyakit, maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
4. Psikoterapi
dan rehabilitasi, psikoterapi yang dilakukan berbentuk suportif
individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud
untuk mengembalikan penderita ke masyarakat.
5. Lobotomi
prefrontal, dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil
dan bila penderita sangat mengganggu lingkungannya.
Pengobatan pada skizofrenia tidak dapat sempurna sembuh tetapi dengan
pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk
berfungsi terus, bekerja sederhna dirumah ataupun diluar rumah. Keluarga
atau orang lain dilingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi
lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar